Sabtu, 08 Maret 2008

Duh..! BBM-ku..


Sekarang ini kita dihadapkan pada kelangkaan sumber energi, berapa ribu barrel saja yang terbuang seandainya pemakai kendaraan di seluruh dunia memakai minyak/ sumber energi ini, saya tidak habis pikir sampai seberapa banyak stok bahan bakar yang ada seandainya pemakaian dari sekarang tidak mulai kita hemat. Lihat saja sepeda motor di Jakarta dan juga mobil yang berlalu lalang, misal sepeda motor di Jakarta ada sekitar 3 juta terus masing-masing setiap minggunya mereka isi full tank 5 liter, tinggal mengkalikan saja itu, berapa liter bensin yang terbuang untuk sebuah alat transportasi yang bernama sepeda motor. Kalau tidak salah sekitar 15 juta liter dalam setiap minggunya, energi/bahan bakar yang digunakan untuk sepeda motor saja, itu belum termasuk kendaraan roda 4, dan saya yakin digitnya lebih banyak, karena tinggal mengkalikan juga berapa isi/full tank untuk sebuah mobil, ada yang 45 liter, ada juga yang 55 liter. Misal kalo seminggu mereka/pengguna mobil menggunakan 55 liter pulang pergi dari rumah ke kantor, tinggal menjumlahkan saja berapa dalam seminggu, dalam sebulan dan dalam setahun. Itu baru di Jakarta saja, bagaimana dengan kota-kota lain, negara lain? Sementara itu kita tahu bahwa minyak itu sangat terbatas untuk mencukupi kebutuhan energi di dunia ini.Tulisan ini sebenaranya keisengan saya saja, ketika kita dihadapkan pada betapa mahalnya sebuah sumber energi yang sering kita butuhkan seperti bensin, solar, minyak tanah dan sebagainya.

Apa yang terjadi dengan kelangkaan BBM untuk masa depan? Sementara kendaraan bermotor semakin banyak, kredit motor/mobil semakin gampang, terus langkah apa yang di tempuh pemerintah/kita selaku warga negara yang berpikir bukan untuk saat ini saja, melainkan juga memikirkan nasib anak cucu kita. Alat transportasi massal yang amburadul saya kira yang menjadi penyebab orang berpikir untuk membeli sepeda motor/mobil. Lihat saja bus PPD, Mayasari, Kopaja.Duh... tinggal kaca bus saja yang terlihat, itupun juga buram karena memang angkot tersebut tidak ada perawatan khusus. Belum body-nya kusam, berdebu di musim kemarau bercampur lumpur di musin hujan. Belum termasuk perawatan mesin dan tingkah para pengemudinya..Sungguh ironis memang! Saya pribadi berpikir dua kali seandainya dengan kondisi begini untuk naik sebuah angkot, kenapa?. Ya memang kondisi angkot kita seperti di atas, apakah nyaman untuk sebuah alat transportasi?

Boleh dong kita berandai..seandainya alat transportasi kita nyaman dan bisa masuk ke daerah pedalaman (maksudnya sampai daerah yang sudah di lalui kendaraan umum) saya yakin alat transportasi massal bisa mengatasai masalah di atas dan masuk di hati masyarakat, Busway, ini salah satu program pemerintah jakarta yang patut diacungi jempol!. Namun itupun untuk beberapa rute/koridor saja, selanjutnya bukan malah bikin nyaman tetapi menimbulkan kemacetan.Busway idealnya digunakan untuk jalan yang memiliki 3 lajur, kalo untuk 2 lajur diterapkan untuk busway yang terjadi seperti di rute Pasar Rebo-Kampung Melayu, bukannya tambah cepat naik busway sama saja dengan naik mikrolet. Karena lajur jalan raya Bogor- Cililitan cuma dua lajur, terpaksa lajur untuk busway di lalui kendaraan pribadi/motor. Sama saja kan? Maksud saya sama saja dengan naik mikrolet.Pusing memang memikirkan trasportasi Jakarta, seorang Fauzi Bowo-pun pusing juga kalau tidak ada partisipasi dan dukungan masyakarakat untuk menggunakan angkutan umum.

Kembali ke laptop!!! Solusinya bagaimana? Kalo kita tidak bisa memecahkan masalah dengan kebijakan pemerintah yang masih belum signifikan, dengan keadaan sekarang, terus apa tindakan kita. Banyak cara untuk menghemat sumber energi/BBM, kalo tidak dari diri sendiri mau kapan lagi? Ini pertanyaan yang saya nantikan. Maksudnya kita sendiri yang memulai untuk menghemat BBM. Kalau tidak penting banget jangan menggunakan mobil, bisa diatasi dengan motor gunakan sepeda motor. Usahakan punya sepeda untuk bepergian yang dekat, semisal ke warung atau ke pasar (yang bisa terjangkau gunakan sepeda) .Matikan lampu bila tidak perlu, jangan terlalu lama memanasi mesin kendaraan anda. Dan masih banyak lagi bagaimana cara untuk menghemat BBM. Hemat BBM sayangi anak cucu kita.

BBM vs Dengkul


Minggu ini sepertinya hari yang lain buat saya, berkenaan dengan semakin susahnya untuk mendapatkan BBM yang murah,niat olah raga itu sudah pasti tetapi di balik itu hemat energi perlu. Energi yang dimaksud di sini berupa bahan bakar minyak. Atau kasarnya energi minyak di ganti energi dengkul. Ya hari minggu saya hampir seharian pergi keluar rumah menggunakan sepeda.

Dimulai dari jam 06.00 pagi, saya gowes bareng dengan teman-teman ke Cibinong, siangnya gowes lagi ke Condet terus sekalian mampir ke Kalisari, pulangnya sore hari ,sudah begitu kehujanan juga. Tidak masalah dengan keadaan ini, karena saya merasa enjoy. Itulah yang saya rasakan. Kalo dihitung-hitung berapa kilometer yang saya lalui perjalanan sepanjang hari ini, terus berapa liter bensin jika saya menggunakan kendaraan. Coba saya hitung dengan tabel di bawah ini:

Cibubur - Cibinong jarak tempuh -+ 17 km pulang pergi 34 km
Cibubur - Condet jarak tempuh -+ 10 km pulang pergi 20 km
Cibubur - Kalisari jarak tempuh -+ 6 km pulang pergi 12 km

Trip kilometer keseluruhan sekitar 66 km, ukuran ini tidak valid, tetapi setidaknya bisa buat acuan kira -kira berapa liter bensin yang di keluarkan untuk sebuah perjalanan dengan jarak tempuh 66 km. Kalau kita memakai sepeda motor, mungkin butuh 1 sampai 1,5 liter bensin. Dengan mobil mungkin sekitar 6 liter premium (dengan asumsi 1 liter banding 11 km).

Minggu kemarin setidaknya saya telah berhemat 1,5 liter bensin untuk motor saya dan 6 liter premium untuk mobil saya. Dan yang sangatlah penting, sudah menghemat BBM dan program udara bersih di tengah maraknya issu "global warming".Hemat energi untuk anak cucu kita kelak!