Jumat, 30 Mei 2008

Hari ini,1101 hari umur si kembar


Sekitar bulan maret 2005
Waktu itu saya baru pulang kampung, tiba tiba ada SMS masuk yang isinya sangat membikin aku gembira sekaligus was-was. “Mas tadi aku di USG anak kita besok kembar..bagaimana kabar bp/ibu di solo..”, begitulah isi sms tersebut. Langsung saja aku konsultasikan ke orang tua, beliau bilang memang di keluarga kita ada keturunan kembar. Tak lama kemudian aku menghubungi via telepon bulik dan sepupu saya yang kebetulan mereka punya anak kembar juga. Isi pembicaraannya tak lepas dari masalah anak kembar, mulai dari mengandung sampai merawatnya. Ada satu hal yang menarik dari beberapa pembicaraan tersebut, bahwa punya anak kembar itu tidaklah harus diistimewakan dibandingkan dengan anak yang lainnya. Biarkan mereke berkembang secara wajar. Masukan dari bulek yang menurut saya sudah “berpengalaman” mengurus anak kembar hampir 22 tahun (karena saat ini anak tersebut sudah berada di bangku kuliah), sedangkan dari sepupu saya anak tersebut sudah berumur sekitar 3tahun. Kiranya bisa menjadi bahan pertimbangan untk mendidik calon anak kembar saya di masa yang akan datang.


Masa awal kehamilan yang menakjubkan
Seperti biasanya bagi seorang ibu awal -awal masa kehamilan disertai dengan muntah-muntah, begitu juga dengan istri saya. Sebenarnya usia kehamilan dari 1 sampai menginjak 7 bulan tidak ada tanda-tanda mencurigakan dalam kandungannya. Kendatipun di usia kandungan tersebut aktivitas istri saya berjalan normal bahkan bisa dikatakan lebih. Karena waktu itu disamping disamping bekerja ada juga kuliah ekstension dengan waktu yang sangat padat dari hari Senin sampai Sabtu, kampus yang terletak di Rawamangun membuat istri saya yang sedang mengandung terasa semakin berat, kesibukan semakin bertambah disertai usia kandungan yang bertambah pula. Ini bisa saya bayangkan dengan jarak Cibubur - Rawamangun yang tidaklah dekat, sementara alat transportasi terkadang naik angkot, naik sepeda motor kadang juga saya antar naik mobil. Aktivitas tersebut dilalui setiap hari akhirnya sampai rumah sudah capai, suatu ketika ada berita yang membuat saya kaget. Waktu itu saya sedang di kantor ada informasi melalui radio ada kecelakaan di sekitar pintu tol taman Mini. Tak ada firasat apapun dalam diri saya waktu itu, tak lama kemudian saya dihubungi istri, bahwa ternyata peristiwa yang diberitakan di radio tersebut salah satu penumpangnya adalah istri saya. Astagfirullah!. Langsung saja saya meluncur dari kantor menuju RS UKI Cawang, dan alhamdulillah istri saya selamat, hanya menderita memar bagian tangan kirinya sementara baju dan celana panjang banyak terkena darah dari penumpang lain.
Ada yang menarik dari cerita diatas, saat itu istri saya dalam keadaan hamil usia kandung sekitar 5 bulan. Saya bisa membayangkan bagaimana syok istri saya setelah kejadian tersebut. Dan yang aneh lagi dalam kandungan tersebut terdapar 2 janin (2 calon bayi kembar) yang waktu itu tidak diketahui oleh istri dan saya. (Kehamilan dengan 2 janin dalam 1 kantung diketahui setelah usia kandungan 7 bulan melalui USG).Melalui pertolongan-Nya istriku dan calon bayi yang dikandungnya alhamdulillah sehat dan selalu rutin kontrol tiap bulan.
Setelah kandungan menginjak usia 7 bulan dan diketahui ada 2 janin dalam kandungannya. Aktivitas istri saya berubah 180 derajat. Apa jadinya jika kehamilan kembar diketahu saat usia kehamilan masih muda, mungkin saya atau istri akan memutuskan utuk berhenti sementara kuliah. Ada yang berubah drastis dalam diri istri saya saat itu. Dalam kegiatan dan aktivitas istri saya ekstra hati-hati, begitu juga dengan saya. Setiap hari saya mengantar jemput terkadang menunggu seharian disaat sedang kuliah. Ini semata untuk menjaga kondisi istri dan bayi yang dikandung dalam keadaan normal sampai melahirkan.

Selamat datang si kembar
Menginjak usia kehamilan 7 bulan semakin terasa hentakan (mungkin tendangan) dari janin dengan arah berlainan. kadang diatas, disamping kir1 atau kanan yang gerakan tersebut bisa dirasakan oleh tangan kita disekitar perut sang ibu. Bagi saya masa -masa kehamilan saat itulah kita harus ekstra hati-hati.selama menginjak usia kehamilan semakin tua kontraksi gerakan bayi semakin kuat, sementara kontrol tiap bulan seperti biasa tidak ada masalah yang dialami. Ketika kontrol bulanan ke dr. Satria Alam Pohan (dokter spesialis kandungan RS Pasar Rebo) beliau menyarankan sekitar 1 bulan lagi usia kandungan sudah cukup umur. Kemudian saya berkonsultasi berbagai permasalahan tentang bayi kembar dan persiapan apa saja yang diperlukan. Mungkin masukan dari dr. Alam yang menurt saya “biasa-biasa saja” karena sebelumnya informasi tentang bayi kembar terus saya cari dan baca dari internet, saya pun tidak panik atau stres, semua saya hadapi seperti adanya, begitu pula dengan istri saya.
Hari berjalan waktu semakin cepat, disaat usia kelahiran kurang dari 2 minggu dan sesuai jadwal kontrol rutin. Akhirnya saya dengan istri berangkat ke RS Pasar Rebo, seperti biasanya setelah diperiksa dr. Alam memanggil saya, beliau mengatakan bahwa usia kandungan sudah cukup untuk “dilahirkan” dengan menggunakan kelahiran caesar. Saya tidak kaget mendengar istilah kelahiran caesar karena anak saya yang pertama menggunakan teknik kelahiran ini dan kebetulan ditangani oleh dr. Alam juga. Setelah menentukan jadwal operasi caesar kami pun menyiapkan perlengkapan yang akan dibutuhkan.
Menunggu semalam di ruang Teratai 616 RS Pasar Rebo, Senin, 22 Mei 2005 merupakan masa-masa yang menegangkan karena sekitar pukul 10.00 WIB besok paginya operasi Caesar akan dimulai. Saya menunggu dengan cemas sekaligus bahagia karena dalam hitungan menit peristiwa besar akan terjadi bagi istri maupun saya. Sekitar pukul 10.20 WIB handphone saya berdering langsung saya angkat, ternyata telepon dari Bang Guntur (seorang anestesi yang ikut membantu jalannya operasi istri saya yang kebetulan masih saudara).”Rud..selamat ya..cewek lagi nih...”.Puji syukur kepada Allah saat itu juga langsung terucap, samar-samar terdengar tangisan kedua bayi kembar yang selama ini saya nantikan.Beberapa menit kemudian kemudian handphone berdering lagi, akhirnya saya disuruh masuk untuk melihat kedua bayi tersebut, padahal menurut aturan belum diperbolehkan oleh rumah sakit.
Ketika melihat kedua bayi di dalam box seketika itu juga air mata saya menetes, karena ukurannya yang bayi kecil dan masih terlihat jelas sisa darah (saya tidak tahu darah atau bukan) masih menempel di telinga dan sebagian rambut yang masih basah kedua bayi tersebut.Tak lama kemudian istri saya terlihat masih sadar berbaring di tempat tidur dorong, dan ternyata dalam operasi caesar tersebut istri saya masih setengah sadar sampai bayi G1 diangkat masih bias terdengar jelas. Karena begitu operasi selesai istri langsung menanyakan kondisi bayi kepada saya. Dengan lengkingan suara keras saya amati keduanya sambil meneteskan air mata, setelah itu saya lafalkan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri. Akhirnya penantian yang panjang telah usai kecemasan pun telah berakhir, tinggal menunggu tangisan bayi sepanjang pagi hingga malam menghiasi suara di rumah.

Masa menyusui
Melihat kondisi istri dan bayi kembar yang cukup sehat hati saya semakin tenang, walaupun saat itu si kembar sudah berada di dalam box penghangat layaknya seperti bayi normal biasa.Dari sekian banyak bayi yang berada di ruang bayi tersebut hanya si kembar saja yang gampang dibedakan karena mereka berdua dalam satu box. Pada saat dilahirkan berat badan bayi tersebut 1,9 kg dan 2,3 kg betapa kecil bentuk badan si kembar sampai ada saudara mengatakan “Gak papa walupun bayinya segede botol kecap yang penting sehat..” , saya selalu berdoa semoga kondisi kesehatan bayi dan istri selalu sehat.
Kamar no. 616 ruang Teratai hari itu semakin banyak yang datang untuk membezoek sementara kondisi istriku tampak sehat sesekali istri diperbolehkan menengok si kembar di ruang bayi untuk menyusui. Seperti biasanya masa -masa menyusui istri saya sangat rajin dan telaten, tetapi lama kelamaan ASI yang ada jumlahnya tidak banyak, berbagai macam telah diusahakan baik minum pil lancar ASI atau makan sayur-sayuran untuk memperlancar ASI. Akhirnya saya berkonsultasi ke dokter, beliau bilang mungkin istri saya stres, cemas atau trauma, tetapi saya amati istri dalam keadaan senang dengan kelahiran si kembar dan dalam kondisi sehat. Selang dua hari akhirnya si kembar bisa digabung di ruang Teratai 616 yang menurut saya ruangan itu cukup dingin dan belum siap untuk bayi, tetapi setelah saya berkonsultasi, dokterlah yang memberi saran asal suhunya standard selain itu agar ikatan emosional antara bayi dan ibu semakin dekat.
Saya amati pergelangan tangan si kembar distu tertera Gemelli 1 dan Gemelli2
Hampir sebulan istri saya menyusui sengan ASI tetapi bukanya semakin banyak yang keluar melaikan semakin berkurang akhirnya semakin sering menggunakan susu formula. Semenjak itu ASI tidak keluar sama sekali dan si kembar menyusui dengan susu formula, setelah saya amati ternyata semenjak kelahiran anak pertama memang istri saya tidak menggunakan ASI karena memang tidak keluar banyak.

Gaya hidup multi ekstra
Mempunyai anak kembar tentunya lain dalam soal biaya, mengasuh dan membesarkannya dibanding dengan anak biasa. Anak kembar lebih banyak biaya yang kita keluarkan karena bagaimanapun juga kita harus mengeluarkan dua kali lipat. Tetapi menurut saya tidak semua pemenuhan kebutuhan si kembar harus serba ekstra, ada beberapa bagian yang kita perlakukan biasa saja. Satu yang tidak bisa ditunda dan tidak bisa tahan adalah kebutuhan susu, karena berat bayi kembar lebih kecil dibanding bayi biasa maka kebutuhan susu formula harus sesuai dengan kebutuhan bayi. Hal ini yang membuat saya agak kaget, karena susu formula untuk bayi kembar “cukup” mahal dibanding susu biasa.
Mengenai perlengkapan lainnya saya usahakan satu bayi untuk satu tempat (mis. kereta bayi) tetapi ada juga satu tempat untuk mereka berdua (mis. box tidur bayi, bak mandi).Pakaian bayi sejak awak saya sudah sepakat sama istri bahwa seandainya kita membeli baju harus lebih tetapi dengan motif dan warna dibedakan. Sejak awal saya sudah berprinsip bahwa keseragaman membuat kita menjadi monoton tidak ada variasi dan merasa ketergantungan karena mempunyai kesamaan, maka saya usahakan untuk dibedakan sejak awal.

Si kembar yang tidak kembar
Awal - awal kelahiran si kembar selain direpotkan dengan tangisan dan rengekan satiap hari juga direpotkan oleh bentuk dan kondisi fiisik si kembar. Ketika mereka digabung di ruang Teratai 616 (bersama dengan si ibu) yang pertama saya amati adalah membedakan bentuk dan ciri -ciri fisik yang membedakan si kembar, ternyata ada perbedaan -perbedaan yang membuat saya bisa sedikit lebih bisa membedakan salah satunya G1(gemmeli 1) bentuk muka agak bulat, kepala begitu juga agak simetris, sementara bayi G2 bentuk muka agak panjang, sementara bentuk kepala kurang rata dibelakang (peang). Salah satu yang sangat membedakan dari kedua bayi tersebut adalah di bagian lengan kanan G2 terdapat tahi lalat yang apabila tidak memakai baju bisa terlihat. Hampir semua bahkan termasuk istri saya, di hari-hari pertama kelahirannya masih susah membedakan.
Seiring dengan berjalannya waktu dan kondisi wajah bayi yang masih labil bisa berubah bentuk wajahnya lama kelamaan bisa juga kita membedakan si kembar. Ada hal yang sangat menarik ketika mereka pulang dari rumah sakit yaitu bagaimana membedakan sementara bentuk badan mereka , akhirnya saya tandai G1 dan G2 dengan gelang plastik di kakinya. G1 memakai gelang warna merah dan G2 memakai gelang warna putih hampir sebulan lebih mereka berdua memakai gelang tersebut, akhirnya saya ganti yang lebih permanen dengan memakai anting yang saya bedakan G1 memakai anting polos sedangkan G2 memakai anting yang ada bijinya (bulat) bahkan sampai sekarang G1 dan G2 masih memakai anting tersebut.
Sampai saat ini saya dan istri sudah bisa membedakan si kembar langsung tanpa harus melihat antingnya, tetapi ketika saya jarang bertemu, mis. sehabis pulang dari kantor, harus kita amati dahulu baru bisa membedakanannya. Banyak pertanyaan dari temen dan tetangga yang hampir sama, jangan -jangan kedua orangtuanya belum bisa membedakan anaknya, tetapi saya dengan yakin bisa jawab “bisa!” karena saya sudah biasa sementara orang lain jarang bertemu.

Haruskah bernama sama?
Pada prinsipnya anak kembar itu mempunyai jiwa dan sifat yang berbeda keduanya akan berpisah tatkala mereka menginjak dewasa dan berjalan dengan kehidupannya masing -masing. Tetapi banyak orangtua yang selalu memberi nama yang hampir sama ketika mereka mendapatkan istrinya lahir dengan anak kembar, sah-sah saja ini mungkin karena ungkapan rasa kegembiraan kedua orangtua tersebut dan wajar bila akhirnya mereka memberikan nama yang hampir mirip. Menurut saya pribadi pemberian nama anak kembar yang hampir sama tidak saya khawatirkan dan wajar-wajar saja, justru mempunyai nilai lebih dan memberi ciri khas pada anak tersebut. Orangtua pasti menginginkan atau memberi nama kepada anaknya dengan harapan nama tersebut bisa membawa makna, langkah dan harapan yang baik kelak dikemudian hari. Anak saya mempunyai nama yang hampir sama pula G1 dengan nama Nabila Rusyifaa Dewani yang berarti anak yang berharga/jarang ada berhati mulia sedang G2 dengan nama Nadira Rusyifaa Dewati yang berarti anak cerdas yang terselubung kemuliaan.
Sebagian orang berpendapat mempunyai nama yang hampir sama bisa menimbulkan ketergantungan suatu saat, tetapi kalau saya berpendapat lain bahwa ketergantungan anak bukan dari pemberian nama yang hampir sama tetapi bagaimana cara mendidiknya, pola pengasuhan serta kebiasaan orang tua yang selalu menyamakan/keseragaman pada si kembar.Bisa saja kita bikin beda nama anak kembar walaupun kita memberi nama anak kembar tersebut hampir sama. Misal anak G1 kita panggil nama depannya sedang anak G2 kita panggil nama tengah atau nama belakangnya. Dari pangilan sehari-haru\i yang sudah beda ini saya yakin berpengaruh pula terhadap si kembar. “Apalah artinya sebuah nama..” begitu menurut Shakespeare. Dan perlu digarisbawahi bahwa “anak kembar itu beda tetapi disisi lain ada pula kesamaannya”, mereka boleh jadi secara fisik sama tetapi sifat dan tingkah lakunya beda, dan sampai sekarang saya selalu tidak menyamakan si kembar, mulai dari baju sampai tempat tidur yang selalu dipisah secara bergantian..

Repotnya mengurus si kembar
Mempunyai anak satu saja repot apalagi dua anak sekaligus, begitulah kata sebagian orang. Banyak factor yang membikin kita merasa repot tergantung dari anak ke berapa ketika anak kembar tersebut lahir. Sebuah keluarga bisa dikatakan sempurna ketika mereka mempunyai anak dan setiap keluarga tentu mempunyai batasan atau kriteria sendiri tentang berapa jumlah anak yang ideal bagi keluarga mereka. Ada yang mengatakan sebuah keluarga idealnya mempunyai anak dua adapula yang mengatakan tiga. Nah apabila kehadiran anak kembar tersebut mungkin anak yang pertama dan kedua dari sebuah keluarga mungkin tidak begitu repot jika dibanding dengan anak kembar yang kehadiran dalam keluarga itu sebagai anak yang kedua dan ketiga atau ketiga dan seterusnya, saya yakin bagaimana repotnya kedua orangtua tersebut.
Hal inilah yang membikin saya merasa kewalahan ketika mengurus anak kembar, karena perlu diketahui bahwa kehadiran anak kembar dalam keluarga saya adalah anak yang kedua dan ketiga, sedang anak yang pertama masih berusia 5 tahun ( Taman Kanak-kanak). Bisa saya bayangkan bagaimana repotnya mengurus ketiga anak tersebut sementara anak yang pertama masih belum bisa mandiri. Dan anak pertama sangat mempengaruhi kondisi dari perkembangan adiknya (si kembar) termasuk masalah kesehatannya.
Saya sering mengamati kenapa si kembar sering sakit atau gampang sakit ternyata hampir dipastikan penyebab sakit si kembar selalu berasal dari anak yang pertama, kalau anak pertama sudah sakit saya selalu berusaha mengisolasi dia dengan si kembar agar penyakit/virus tersebut tidak menular kepada si kembar. Tetapi sering usaha ini sia-sia, namanya anak kecil akhirnya sampai juga penyakjit tersebut ke si kembar, akhirnya kita direpotkan karena ketiga anak tersebut menjadi sakit semuanya.
a.Strategi memberi makan
Mempunyai anak kembar selain cara mengurusnya yang repot, ternyata mempunyai pola makan yang unik disbanding dengan anak-anak lain.

Jumat, 16 Mei 2008

Pinggang pegal nafas mau putus


Hampir seminggu ini kita hanyut dalam gegap gempita sebuah perhelatan olahraga, yang menurut saya ini moment yang tepat disaat-saat lagi memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional. Bulu tangkis. Siapa yang tak kenal dengan olah raga ini, selain sepak bola, Dikenal juga dengan istilah badminton, bangsa kita sudah mengenal olah raga ini mungkin sejak awal kemerdekaan, namun yang jelas ketika pertengahan tahun 50 Indonesia sudah mengikuti bahkan sempat menjadi juara dunia. Masih ingat dengan Ferry Sonevile? Mungkin salah sataunya dari sekian banyak pahlawan bulu tangkis pada jaman itu, dan saya sendiri hamper pasti tidak tahu siapa-siapa pejuang bulutangkis di masa itu.Karena memang rentang waktu yang cuku panjang, setahu saya mungkin seorang Rudy Hartono yang sempat menjadi juara dunia All England 7 kali. Dan masih ada lagi para legenda bulutangkis di era 70-an yang salah satunya Liem Swie King, Cun Cun, Johan Wahyudi, Cristian Hadinata, Ade Chandra dan masih banyak lagi.

Bulu tangkis mungkin sudah lekat di hati saya, karena memang saya diperkenalkan dengan olah raga ini semenjak kelas 2 SD, dimana waktu itu saya dan kakak sempat diajak setiap minggu pagi main bersama beliau. Maklum bapak memang hobby main bulu tangkis bahkan tetangga mengatakan bahwa bapak sempat juara kampung di masa itu. Ya mungkin dimasa tahun 60an, dan adik bapak juga yang menceritakan mengapa nama saya itu Rudy. Karena memang di masa tahun 60 akhir sampai 70 awal Rudy Hartono menjadi idola dikalangan pemain bulu tangkis di tanah air kita pada masa itu. Mungkin inspirasi beliau yang memang suka bulu tangkis maka begitu anak kedua lahir (saya) memakai nama Rudy. Terakhir bapak menepok raket tahun 2005 ketika pas menengok cucu ke Jakarta, waktu itu saya kebetulan lagi main bulu tangkis kemudian beliau kepingin ikut. Niatnya sih sekedar melihat saja, namun melihat saya dengan asyiknya main akhirnya beliau ikut juga. Namun kali ini saya melarangnya untuk bermain dalam arti mencari point, karena usia sudah hamper 70 tahun. Dengan “tepak tepok” bulu tadi, akhirnya beliau senang meskipun sekedar mencari keringat.

Kembali ke laptop!!
Setiap hari selasa saya selalu rutin mengikuti kegiatan olah raga bulu tangkis yang deselenggarakan di kantor, hari kemarin serasa lain dengan hari-hari biasa. Karena memang pada hari-hari biasa peserta juga banyak, paling satu partai juga sudah cukup. Selasa kemarin saya sempat bermain 2 partai, yang kali ini kebetulan lawan seimbang, saya berpasangan dengan Yana (Produksi). Di partai pertama saya bermain total, karena memang bermain 1 kali game saja sudah cukup.Kali ini saya memang tipis30 - 28 (menggunakan hitungan versi lama namun point angka sampai 30) akhirnya Dimas Tommy(HRD) dan Yedi (GA) saya paksa untuk menyerah. Mengingat pemain tidak begitu banyak kali ini saya bermain 2 partai, set pertama sudah berasa betapa berat saya memukul shuttle cock, apalagi untuk mengejar bola. Di partai kedua akhirnya saya juga berhasil mengkandaskan lawan. Kali ini lawan adalah pasangan pertama saya, Yana (Produksi) dan Dimas Tommy (HRD) sementara pasangan saya Pak Zaenal (satpam) kalii ni dengan skor cukup lumayan 30 - 23. Sebuah permainan yang cukup melelahkan. sebenarnya di olah raga ini saya biasa-biasa saja sih, bahkan tidak punya prestasi satupun. Tidak seperti orangtua saya. Tetapi karena saya suka dengan olahraga ini dan mungkin terinspirasi dari semangat tim Thomas dan ber kita, sampai akhirnya terbawa juga emosi dan semangat mengalahkan lawan dalam permaianan/pertandingan pada hariSelasa kemarin. Meskipun itu hanya bermain dengan lawan se kantor.

Tetapi disaat bermain ini tiba-tiba pikiran saya jadi melayang ke arah pertandingan bulu tangkis piala Thomas dan Uber Cup. Dalam hati, seandainya saya ini pemain Thomas Cup mungkin seperti ini barangkali perjuangan para pejuang bulu tangkis kita memperebutkan sebuah juara (merebut piala). Nafas serasa putus, jantung berdegup kencang, maunya pingin menang, nilai/skor pertandingan masih belum juga genap angka 21 sementara punggung juga sudah mulai terasa pegel, apalagi kalau bola pas netting tipis. Serasa deh itu pinggang. Coba bayangkan dengan kindisi fisik ini? Saya jadi benar-benar merasakan apa yang dialami oleh Taufik Hidayat cs dalam merebut piala Thomas dan Uber Cup kali ini, cukup berat! Tetapi dengan semangat dan keinginan toh akhirnya tim bulu tangkis kita bias mencapai ke babak semi final untuk tim Thomas sementara tim Uber Indonesia lebih dari cukup target yang dibebankan. Karena tim Uber hari ini (Sabtu) akan bertanding dengan tim dari Negeri Tirai Bambu. Tentunya sebuah perjuangan yang tidak begitu mudah untuk menaklukkannya, saya yakin dengan tim Uber kita. Susi Susanti selaku Manajer Tim Uber kita saya yakin pasti punya perhitungan lain dalam menghadapi Cina kali ini.

Kita tunggu saja pertandingan malam nanti,apakah kita mampu mengalahkan tim raksasa Cina, ibarat David vs Goliath. Sebuah pertarungan yang tidak seimbang. namun kalau Tuhan berkehendak lain..apa daya. Mungkin tahu karena kita sedang merayakan 100 tahun Kebangkitan Nasional. Saya kira sebuah event yang pas disaat prestasi olahraga bulu tangkis Indonesia mulai menurun. Ok! semoga tim uber kita bias merebut Piala Uber. “Piala yang lepas ayo di uber!”. Sebuah slogan yang tidak mudah untuk untuk meraihnya.

Jumat, 09 Mei 2008

Empat Puluh Kilometer yang Melelahkan


Hampir setiap hari saya disibukkan oleh beberapa aktivitas yang cukup melelahkan. Kadang setelah sampai di rumah tinggal naruh badan saja untuk beristirahat. Load pekerjaan di kantor sih memang tidak begitu banyak, biasa biasa saja. Yang cukup menguras tenaga adalah beberepa pekerjaan diluar kantor yang membikin kita capek. Kadang kita harus bertemu klien disaat deadline atau jam kerja kantor. Ini yang cukup menguras tenaga, bagaimana mensiasatinya agar tidak bentrok. Alhasil sampai sekarang masih “fine-fine” saja. Tetapi ada efek dalam blog ini, yaitu kekosongan posting mulai dari akhir Maret sampai hari ini saya menulus (Meil). Tapi menurut saya gak masalah..toh keinginan menulis tetap sebagai ungkapan pribadi sama saja saya yang pingginya setiap hari 1 lember sketsa di atas kertas tentang apa yang terjadi pada hari ini, atau minimal seminggu coretan itu bias berarti untuk saya pribadi.

Minggu kemarin sebenarnya saya bias agak lega untuk beristirahat di rumah, setelah sabtunya hamper seharian saya bersepeda “cross country” yang di mulai dari rute Buperta Cibubur – Bantar Gebang – Cikeas, yang menempuh total jarak sekitar 40 km. Dengan semangat 45, alhamdulillah sampai di rumah dengan sepeda dan badan penuh lumpur alias kotor semua. Karena memang kondisi waktu itu sehabis hujan, untung nyonyah pas lagi tidak ada di rumah, jadi hanya si kembar dan Nasywa saja yang sempat “menertawai” saya dengan kondisi badan saat itu. Hampir seharian hari sabtu kemarin saya asyik sendirian berinteraksi dengan sepeda, karena sampai di rumah jam 15.30 tidak serta merta langsung ngobrol/bermain dengan anak-anak, melainkan langsung mencuci sepeda. Memang kadang ego manusia lebih tinggi sampai-sampai hobby mengalahkan segalanya. Sampai mau manghrib baru selesai mencuci sepeda..toh juga masih ditemani oleh nyonyah dan ketiga buah hatiku.

Malamnya saya berpikir dua kali, dan berjanji dalam hati. Besoknya saya akan memberi waktu khusus untuk keluarga, setelah kemarin saya tinggalkan hamper seharian untuk sebuah hobby. Hari minggu akhirnya si kembar dan Nasywa senang bermain perosotan di Cibubur Junction setelah dari pagi sampai siang saya berkutat DRS (Di rumah saja) dengan membaca bacaan ringan.
Hidup harus seimbang, hobby atau olah raga memang perlu tetapi kumpul dengan keluarga juga penting. Itulah yang selama ini saya usahakan agar dalam satu minggu minimal ada waktu-waktu khusus untuk keluarga.Sorry saya potong tulisan ini…karena si kembar ingin bermain dengan saya….

Salam!

Kamis, 08 Mei 2008

Cat Mowilex dan putihnya Danalux


"Apa yang menjadikan kamu merasa capek dan bosan?" Masih ingat kata-kata ini terucap ketika saya masih duduk di bangku SMA, siapa lagi kalau bukan ayah saya, yang selalu memberi spirit dalam hidup saya. Pertanyaan tadi terus terang susah untuk menjawabnya. Karena memang waktu itu masa dimana antara hobby dengan belajar sangat bertentangan. Keduanya tidak bisa disatukan dalam kepalaku/pikiranku, karena saya lebih suka menggambar dari pada belajar. Inilah yang membuat orangtua agak sedikit pusing, untungnya masukan tadi bisa saya terima dan mencoba untuk mengubah kebiasaan yang tidak benar tadi. Tadinya yang malas belajar bisa sedikit berubah untuk belajar dan mengurangi hobby menggambar. Maklum karena waktu itu saya suka menggambar kartun, atau bisa dikatakan lagi suka-sukanya nggambar kartun, karena memang waktu itu sering mengirimkan karya kartun ke beberapa media cetak. Lumayan juga sih honornya, bisa buat untuk beli alat gambar rapido dan tintanya.

Kembali ke pertanyaan orangtua saya tadi, akhirnya saya nyerah tidak bisa menjawab. Akhirnya beliau berkata, "Rud, kalau kamu kerja karena kamu senang enak kan? Sepertinya berat atau capek itu hilang karena kamu menikmatinya".Mendengar jawaban tadi saya berusaha untuk mengerjakan tugas saya sebagai pelajar, yaitu belajar bukan malah menggambar. Toh akhirnya, sampai saya lulus SMA dengan NEM (Nilai Ebtanas Murni) tidak mengecewakan orangtua, dan beliau pasti tahu apa yang saya inginkan setelah tamat SMA. Melanjutkan kuliah di seni Rupa!!!

Hari ini, sembilan belas tahun lalu...kegiatan menyalurkan hobby masih tetap berlanjut. Yang membedakan hanya grafik tingkat keseriusan sepertinya sudah agak berkurang. Maklum karena kesibukan juga karena sudah capek ketika pulang dari bekerja. Namun pada hari-hari libur kadang saya paksakan untuk berkarya, meskipun hanya sekedar sketsa. Beberapa lukisan di atas sekedar mengisi kekosongan saja. Aliran bisa bermacam, tetapi saya lebih senang aliran mirip Heri Dono atau Eddie Hara. Naif, tanpa beban tetapi tidak menggurui. Karena keisengan saya pernah minta ijin untuk menggambar mural di tembok di wilayah lingkungan rumah saya. Maksudnya bahwa seni tidak untuk saya sendiri, semua orang boleh bebas mengekspresikannya, dengan modal cat Mowilex dengan background Danalux putih, saya mulai kegiatan "kerja bhakti" melukis tembok, alhamdulillah antusias warga tidak lah mengecewakan,sebuah proyek seni untuk rakyat telah berjalan. Sampai sekarang hasilnya masih terlihat, meskipun hampir 2 tahun gambar tersebut menghiasai lingkungan saya.

"Apa yang menjadikan kamu merasa malas dan bosan Rud?...seandainya pertanyaan ini muncul lagi, pasti saya jawab dengan keras, "Kerja yang tidak ikhlas dan tidak saya senangi!"

Rabu, 07 Mei 2008

"Enggak ah..ada kumisna!"


Sepertinya tak ada hari yang terlewatkan disaat-saat aktivitas semakin hari terus bertambah. Tak terasa hari sudah mulai baru lagi di awal bulan, sementara bulan sudah mau berada di tengah-tengah tahun. Tak terasa pula ketiga buah hatiku juga sudah mulai beranjak dewasa, masih ingat dalam ingatan, baru kemarin Nasywa ulang tahun yang ke-7 sekarang gantian si kembar Nadira dan Nabila yang mau ulang tahun ke - 3. Sebenarnya si kembar tidak banyak tahu tentang ulang tahunnya, tetapi sebagai orangtua kita juga pingin kalo mereka ingin merayakannya walaupun dengan cara yang sederhana. Kalo saya sendiri dan nyonyah pingin sih cuman makan malem bareng sama pakde dan budenya lesehan di Pondok Laras, toh juga sudah berapa lama kita jarang makan malam di sana.

Kembarku, sekarang mereka sudah bisa main berdua. Main sepeda berboncengan dengan kakaknya, begitu pula Nasywa kadang sering becanda dengan adiknya, kadang sampai kelewatan yang membuat Nabila selalu menangis. Namanya juga anak kecil. Menginjak umur yang ketiga ini makin terlihat banyak perbedaan yang ada pada diri si kembar. Si Nabila paling gak suka makan/minum asem-asem. Sementara Nadira kebalikannya. Nadira suka main sepeda sementara nabila lebih suka main masak-masakan sama si Nasywa kakaknya. Nabila suka becanda, dan juga suka "tengil" kelakuannya tetapi jarang tidur siang, sementara Nadira gampang ngambek tetapi selalu tepat waktu baik bobo siang ataupun mau mandi pagi & sore.

Keduanya mmepunyai semacam "keywords" untuk mengatakan sesuatu atau sekedar becanda dengan kakaknya, "sikopat-sikopat", "obli-obli", "bios" ada lagi "samaa dong..", kata-kata ini hampir menghiasai setiap harinya. Saya tidak mengerti arti dan maksud dari kata-kata ini, mungkin ini "bahasa" mereka berdua. Kalo kata terakhir mungkin karena keduanya memiliki kasamaan (karena kembar) termasuk kadang pakaian, maka sering mereka berdua bilang "..samaaa dong..!". Yang paling lucu mungkin si Nabila, pernah suatu saat saya menanyakan ke dia.

Ayah: "Bila mau ke solo gak?"
Nabila : "Mau dong!"
Ayah : Kalo ke solo maunya naik apa?
Nabila : Nabila kalo ke solo maunya naek mobil ah..
Ayah : Terus naik apa?
Nabila : Nabila gak mau naek pecawat..gak bisa tuyun.. kan di atas teyus..

Mendengar jawaban ini saya baru ngeh, karena selama ini saya dan nyonyah selalu memperlihatkan kalo pas pesawat terbang di udara selalu bilang ke si kembar. "Kembar itu ada pesawat tuh..". Otomatis si kembar selalu mendongak ke atas sambil melihat pesawat terbang. Jadi dalam pikiran mereka mungkin pesawat terbang tidak pernah/bisa turun.

Ayah: Kembar...ayah mau kerja nih..
(Keduanya menghampiri ke saya sambil mencium tangan saya)
Ayah: Ayah berangkat dulu ya..cium dulu dong!
Nabila : 'Enggak ah! Ayah ada kumisna..(kumisnya)
Ayah : Emang kenapa?
Nabila: Nabila gak mau..kumis ayah geyi (geli)..
Mendengar jawaban tadi saya langsung ketawa sendiri....

Dasar anak kecil.......
Sekarang suasana rumah semakin ramai, dengan omongan ketiga buah hatiku ini. Sepertinya rasa capek menjadi hilang disaat beban kerja semakin berat, dengan hadirnya canda tawa dengan ketiga buah hatiku ini.