Selasa, 24 Juni 2008

Mbak Ayu pulang saja..



Tak seperti biasanya, selama ini saya kalo pas hari liburpergi bersepeda atau kalaupun di rumah hanya nonton tv, main sama si kembar, atau meneruskan baca Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Yang sudah sebual lebih belum selesai juga dibaca, karena memang belum sempat dibaca.

Minggu kemarin saya sendirian iseng-iseng bersih-bersih ruang kerja di rumah. Berbagai buku aku rapikan lagi, alat gambar ditata dimasukkan kedalam tempatnya. Kertas sketsa kasar beberapa ide komik saya kumpulkan. hampir setengah hari merapikannya, tanpa disengaja ada selembar tulisan tangan Nasywa yang menurut saya ditulisnya sudah agak lama, nampak lecek kertas itu, tulisannya sepertinya tidak menampakan sebuah kesungguhan untuk menulis indah. tetapi sebuah ungkapan emosional (saya melihat dari stroke goresan garisnya, wah seperti pengamat seni saja).

Isi tulisan Nasywa singkat namun mencurahkan segala ungkapan atau kekesalannya selama ini. "Mbak Ayu pulang saja jangan di sini lagi", inilah tulisan yang aku baca di selembar kertas yang di bikin Nasywa. Sebenarnya saya tahu, mungkin juga nyonyahku sampai akhirnya Nasywa atau bisa juga Kembar merasakan waktu itu.
Ceritanya begini, mbak Ayuk itu sebenarnya pembantu saya yang telah keluar kurang lebih 6 bulan yang lalu. Memang saya agak kaget juga ketika dapat pembantu (maaf bukan maksud merendahkan) yang tidak begitu suka sama anak kecil. Jadi selama itu komunikasi antara Mbak Ayu (memakai bahasa Nasywa dan si kembar) dengan anak saya tidak nyambung. Anak kecil suka diacak ngobrol atau bermain, sementara mbak Ayu cenderung malah diam, bahkan tidak pernah ngobrol sama anak kecil. Ini yang membuat saya juga merasakan sepertinya Mbak Ayu kurang tepat untuk menjadi "partner"ny anak-anak. Sudah begitu tanggung jawab dan hasil kerjanya biasa saja, bahkan malah saya yang sering bangun pagi duluan, sementara pekerjaan buat Mbak Ayu masih banyak (Tahu kan kalau pagi betapa repotnya, pekerjaan rumah tangga). Bahkan saya sering ngebanguni dia..Wah aneh ini, begitu yang kurasakan dengan pembantu satu ini.

Mungkin dia (Mbak Ayu) tahu atau mungkin tidak niat bekerja juga..akhirnya tak berapa lama minta pamit ke nyonyahku. Tidak kaget memang, karena jauh hari saya dan nyonyah sudah tahu gelagatnya. Dan nasyawa dan kembar cs tidak merasakan menyesal atau menangis ketika mbak Ayu pergi meninggalkan rumah. Fiuh..memang susah mencari pembatu yang ideal..

1 komentar:

planet3 mengatakan...

Yap! begitulah.Mau sharring aja.
Aku dulu juga punya pembantu, pak de. mau dinaikin derajatnya dengan cara anaknya disekolahin sampai sarjana malah blendes. Setelah jadi "orang" barang dirumah ternyata juga banyak raib jadi "milik bersama". He he he.
Walaupun kasusnya beda, ada persamaanya. Adikku juga melakukan hal yang sama ketika mengungkapkan kekecewaannya pada orang yang sudah kami beri "kepercayaan".