Kamis, 18 September 2008

TELEVISI = SILIT PITIK?

Dalam sebuah pengajian, seorang santri bertanya kepada gurunya, “Kyai, bolehkah kami menonton televisi?” Pak Kyai yang dikenal moderat menjawab, “Boleh saja nonton TV, tapi hati-hatilah, TV itu tidak ada bedanya dengan ’silit pitik’ alias pantat ayam..” Para santri bingung.

Pak Kyai menyambung, “Ya, TV kita seperti silit pitik. Kalau pagi bertelur satu, tetapi setelah itu hanya kotoran bau tengik yang keluar… Kalau pagi memang ada acara siraman rohani di televisi, tetapi setelah itu TV hanya tampilkan acara kekerasan, mistik, jorok, gossip, gaya hidup palsu, dan sejenisnya.

(ide: Mas Bambang Purwoko)

Selasa, 16 September 2008

My Signature




"Jangan banyak bolong-bolongnya mas...." begitulah kalimat yang terucap pada beberapa hari lalu ketika saya ngobrol ngalor ngidul sambil menunggu teman. Dua batang rokok telah aku hisam dengan ditemani kopi cream, serasa semakin hangat ulasan bapak itu dalam mengkomentari tanda tanganku. Garis tegas sudah kucoret sampai beberapa kali dalam selembar kertas di terangi sinar lampu neon abal-abal 5000 rupiahan. Agak gelap memang, namun merasa pas dengan komentar-komentarnya.

Seandainya ada sekolah dengan fakultas ahli ramal, mungkin orang ini akan menjadi dekan satau setidaknya jadi dosen. Bagaimana tidak hasil dari telaah tanda tanganku oleh beliau, aku jadi merinding sekaligus semakin misteri debalik goresaanya tadi. Dalam hati, seandainya ramalan tentang karakter tandatanganku pas, mungkin beliau bukan manusia bisa juga manusia dengan kemampuan lain, tetapi seandainya tidak tepat..sudah dipastikan ramalannya tidak tebat, bulshit, bohong, mblendes alias asal ndobos saja.

Namanya juga iseng sambil menunggu teman, setelah topik tantang makna dari tanda tangan, pembicaraan berlanjut ke masalah yang lebih jauh lagi...sebuah dunia mistis!
Gila..semakin "gak mudeng" dalam pikiranku. Kontradiksi dari pekerjaanku sehari-hari yang memegang dunia grafis dengan alat komputer. Orang bilang akhirnya timbul one way communication alias sebuah komunikasi yang tidak nyambung. Satunya cas..cis..cus..satu lagi cuma bisa mendengarkana saja. Namanya juga menghargai orang, ketika lawan bicara mendominasi pembicaraan kita selanjutnya mendengarkan..lama-lama boring juga.

Akhirnya temen jugalah yang menyelesaiakan topik pembicaraan ini, tanpa si bapak tadi tersinggung. AKhirnya temanku datang...yo wis bubar sudah acara talk show "Ndobos Nite Long" di sebuah ruang dengan lampu neon 5000an tadi.

Awas Target Tertidur





keisengan yang unik ini ternyata semakin banyak memakan korban, tak terkecuali orang luar divisi yang merasa ngantuk atau pingin istirahat sebentar (tentunya dengan memejamkan matanya) tak luput dari target bidikan temen-teman. Sampai tercipta sebuah kesepakatan divisi grafis daerah bebas tidur, maksudnya barang siapa yang tidur di ruangan grafis dipastikan nongol tuh.."potret diri" di dinding, kadang temen tidak sadar ketika diajak untuk melihat hasil jepretan ternyata da foto dia.

Namanya anak kreatif, temen yang iseng tadi masih dibawah dengan keisenganku. Mosok ngantuk kok ditahan..rebahin saja ke tembok atau sandarin saja ke kursi. Karena aku sadar jarak yang lumayan jauh antara kantor dengan rumah, apa jadinya disaat pulang kerja kondisi badan tidak fit (ngantuk dan sebagainya) bisa berakibat fatal.
Hari itu aku benar-benar ngantuk berat, sementara kondisi ruangan grafis seperti ini.
Sebuah keamanan dan kenyamanan tidur susah di dapat jika kondisinya masih seperti ini, padahal sebenarnya kalo kita bekerja niatnya bukan untuk tidur. Sementara istirahat atau tidur adalah dampak dari bekerja, mungkin berakibar capek dan terlalu banyak pekerjaan yang menumpuk.


Akhirnya aku punya akal, kulihat di sekitar ruangan ada gak kira-kira sebuah benda yang bisa untuk menutupi mukaku sementara aku bisa tidur dengan nyenyaknya. Tanpa publikasi, tanpa target bidikan..akhirnya kutemukan juga. Setengah jam mukaku masuk dalam ruangan "kedap suara" bagaikan menunggu datangnya bintang di tengah malam...sepi dan gelap. Menjadikan mata selalu beradu dalam gelapnya ruangan yang menutupi mukaku. Sungguh nikmat siang itu, setengah jam cukup untuk menetralisir rasa ngantukku.Badan tampak segar pikiran semakin dingin dan pekerjaan telah menyambutku lagi... Dan hasilnya bisa di lihat seperti gambar di atas. He..he..he...

Senin, 15 September 2008

Yang Tak Selalu Sama


Apa kabar kembar..akhir-akhir ini ayah tidak pernah menulis tentangnya...Ya..anakku selain Nasywa yang paling gede dan adiknya Nadira dan Nabila, si kembar yang juga sering berantem dengan alasan yang sepele dan standard banget untuk kategori anak kembar. Ada yang gara -gara rebutan pensil, baju yang ketukar dan banyak kejadian-kejadian yang membuat si kembar berantem. Berikut mungkin saya ceritakan pengalaman mempunyai anak kembar:

Hubungan dengan sang kakak.
Meskipun lahir dengan satu placenta atau orang bilang kembar identik, namun sifat dan watak Nadira dan Nabila sangat berbeda. Perbedaan sifat ini pula yang mempengaruhi pola hubungan si kembar dengan kakaknya (Nasywa). Sebelum saya menulis lebih lenjut tentang hubungan si kembar dengan kakaknya, sebaiknya saya uraikan dulu sifat yang berbeda ini.

Nadira:
sifatnya banyak omong, perhatian ke dalam/keluarga lebih besar, lebih dekat ke ayahnya (menurut saya pribaadi), patuh dan disiplin dalam hal mandi, tidur siang dan malam termasuk ketika buang air kecil/pipis, agak penakut/cengeng, perlu waktu lama untuk beradaptasi dengan orang baru cenderung suka main di rumah.

Nabila:
Sifatnya banyak ngomong juga, tetapi perbendaharaan kata lebih banyak seperti seumuran anak SD, orangnya “tengil” suka iseng, lucu dengan kelakuannya, tidak cengeng, patuh tetapi kadang kurang disiplin seperti jarang tidak mau tidur siang, sehabis bangun tidur tidak langsung mandi dulu , gampang akrab dengan orang baru.

Dari beberapa perbedaan sifat di atas, kira-kira bisa ketebak mana yang lebih dekat dengan sang kakak? Jawabnya Nabila, karena dia gampang bergaul dengan orang baru. Sementara sang kakak (Nasywa) kadang ada temennya yang main ke rumah, kalau si Nadira lebih dekat ke bunda kadang juga malah suka main dengan mbak-nya (pembantu). Tetapi ketika mereka bermain di rumah bertiga, tentunya si kembar lebih “soul mate” dengan kembarannya, misal Nabila sedang berantem dengan kakaknya biasanya Nadira membela “kembarannya” begitu pula sebaliknya.


Hubungan sosial
Alhamdulillah saya mempunyai anak kembar, keduanya tidak merasa “kuper”, karena sejak awal saya sudah commit bahwa mereka harus bersosialisasi juga dengan teman mainnya di luar rumah. Dan saya yakin dampak “tidak kurang pergaulan” ini juga mungkin dari sang kakak (Nasywa), ketika kakaknya main di luar keduanya ikut main, begitupula ketika teman sang kakak (Nasywa) main di rumah si kembar akhirnya ikut bergabung juga. Ini mungkin si kembar masih punya kakak atau terlahir dengan urutan anak ke-2 dan ke-3. Entah apa jadinya seandainya Nabila & Nadira sebagai anak ke-1 dan ke-2, mungkin mereka cenderung keasyikan bermain di rumah berdua.
Katika kembar bermain di luar, keduanya tidak pisah dipisahkan. Dipastikan selalu bermain bareng jarang saya menemui Nadira bermain terpisah dengan Nabila ketika mereka bermain di luar rumah. Ini yang menjadi kekhawatiran saya, pernah ketika si Nadira & Nabila ikut lomba 17-an, mereka ikut lomba memasukan bendera ke dalam botol. Si Nadira masuk semi final semantara Nabila tidak , anehnya ketika mau di mulai itu lomba si Nadira tidak mau mengikuti lomba dengan alasan si Nabila tidak ikut lagi. Berbagai bujukan oleh panitia termasuk saya yang juga menonton tidak mau juga...akhirnya terpaksas Nadira tidak meneruskan lombanya alias diskualifikasi dengan alasan sepele...
Dari peristiwa di atas lantas saya berpendapat ternyata sudah benar-benar “soul mate” si kembar nih, tidak terpisahkan. Tetapi saya berharap kejadian di atas seharusnya tidak berpengaruh terhadap hubungan si kembar, seharusnya mereka mandiri dan tidak tergantung sesama kembarannya.

Berantem sesamanya
Apakah anda pernah melihat anak kembar sedang berantem? Tak ubahnya sama dengan anak-anak lainnya. Seru! sekaligus was-was, bagaimana tidak..ketika mereka berantem untuk masalah yang kecil ujung-ujungnya dengan cepat tangan menarik rambut kembarannya.

Biasanya mereka berantem karena rebutan pensil meskipun keduanya sudah memiliki satu-satu, baju yang tidak bisa di tukar dengan kembarannya, kadang juga keisengan Nabila yang selalu menggoda kakaknya Nadira. Disisi lain sifat Nadira yang agak manja dan gampang tersinggung sementara Nabila orangnya suka iseng. Keisengan ini terjadi ketika mereka berantem, Nadira seketika itu memukul badan Nabila, sementara Nabila sembari berucap..”he gak sakit.., he gak sakit..” akhirnya berkejaran tak ubahnya seperti harimau menangkap mangsanya, Nadira semakin emosi kadang sambil menangis melakukan “serangan” lagi ke Nabila sambil berucap..”he gak sakit.., he gak sakit..” di sertai tawa sambil mengejek.

Tetapi ketika Nadira semakin kencang tangisannya saya jadi semakin ngeri melihatnya..ujung-ujungnya ditariknya rambut Nabila akhirnya sebuah “pertempuran telah usai” dengan gegap gempita suara tangisan keduanya pecah di dalam rumah. Biasanya kalau saya atau istri melihat kejadian seperti ini langsung saya lerai.

Anak kembar memang kalau di lihat secara fisik orang lain mengatakan persis/mirip sementara saya dan istri sebagai orangtua kembar dengan mudah membedakan bentuk fisik Nadira dan Nabila. Kadang saya juga menasihati keduanya, bahwa anak kembar itu tidak boleh berantem karen aketika lahir si kembar juga “tidak berantem” dalam perut bunda.. Tetapi namanya juga anak kecil, malah mereka sering bertanya yang lucu-lucu, maklum Nadira dan Nabila baru berumur 3,5 tahun.