Kamis, 29 November 2007

Makan apa, nak!


Seperti biasanya kalo kita lagi istirahat makan siang, pasti nentuin kita mau makan dimana bukannya kita mau makan apa, ngomongin tentang makan..what ever-lah gak jadi soal, nah kalo nentuin tempat makan ini yang bikin kita bingung mau makan dimana. Bla-bla-bla dan sebagainya akhirnya ditentuin tempatnya yang menurut saya udah bosen juga itu tempat, akhirnya kita makan di "laler1" ya laler 1!/ Begitu kita mendengarnya kayaknya serem masak kita makan di tempat laler...yach itu mungkin kata orang yang belum ngerti bener di mana tuh lokasi dan saya pun tak tahu siapa yang membikin pertama kali nama "laler" tersebut, memang bener sih kenapa dinamakan laler karena tempatnya yang terbuka dan tentunya banyak (ada) lalernya.Ih...jijay kayaknya, tapi enggak kok justru orang-orang dari berbagai kantor banyak yang dateng kesini dengan menu variatif dan yang paling mengasyikkan pemandangan di "sekitarnya" maksudnya kita bisa lihat suasana lain jika kalau kita makan di kantor ketemu itu-itu juga. Di laler ini kita makan beratap pohon, ruang terbuka, pandangan luas dan angin berhembus ketika kita selesai makan..seakan tinggal menunggu bantal untuk menemaninya (perut kenyang paling enak tidur), kalo kita-kita ke sana pasti ngobrol ngalor ngidul entah itu ngomongin masalah kantor dan orang-orangnya sampai ngomongin "updeate-an" yang selalu mengilhami disaat-saat kita lagi nyantai.

Ngomong2 tentang laler ada beberapa temenku yang tidak mau makan hanya masalah sepele, mungkin salah satunya saya.Kali ini bukan masalah menu makanannya yang gak enak, bukan masalah harga yang mahal tetapi sebenarnya simple aja sih..si ibu maksudnya yang jual makanan selalu menyebut kita-kita ini dengan sebutan "nak", menurut saya hal yang biasa di telinga tetapi tidak biasa ketika diucapkan ke semua orang (semua orang belum tentu menerima). Sebenarnya istilah "nak" itu biasanya disampaikan dari orang tua ke anaknya sama saja halnya dengan orang jawa untuk menyebut "nduk/genduk" dan "le/thole" atau sebutan "buyung" dan "upik" untuk orang Minang. "Makan apa nak...." mendengar kata itu temennku sempet berkata balik "Ibu memanggil saya nak, saya ini sudah punya anak lho bu....!", ternyata temenku tidak mau menerima panggilan tersebut. Suatu hari masih di warung makan ibu ini dan di "laler 1" datang seorang yang menurut saya beliau seorang yang menduduki jabatan tinggi di kantor kami dan secara kebetulan makan di warung tersebut dan anehnya tetap saja ibu itu memangilnya "...tadi makan apa nak..", dalam hati saya mungkin ibu ini masih keturunan ningrat jadi setiap ngomong tidak memandang kelas status atau merasa lebih tinggi.... Padahal kalau di tilik umur yang makan di warung tersebut sebagian sudah berumah tangga bahkan ada anaknya yang sudah SMA tetap saja di panggil "nak"...

Yach..daripada kesel di panggil "nak' mendingan gak usah makan di warung ibu tadi, itulah yang diomongin temen-temen ketika saya nawarin makan siang di warung tersebut.Ayo nak cuci tangan cuci kaki terus bobo ya....

Tidak ada komentar: