Jumat, 30 Mei 2008

Hari ini,1101 hari umur si kembar


Sekitar bulan maret 2005
Waktu itu saya baru pulang kampung, tiba tiba ada SMS masuk yang isinya sangat membikin aku gembira sekaligus was-was. “Mas tadi aku di USG anak kita besok kembar..bagaimana kabar bp/ibu di solo..”, begitulah isi sms tersebut. Langsung saja aku konsultasikan ke orang tua, beliau bilang memang di keluarga kita ada keturunan kembar. Tak lama kemudian aku menghubungi via telepon bulik dan sepupu saya yang kebetulan mereka punya anak kembar juga. Isi pembicaraannya tak lepas dari masalah anak kembar, mulai dari mengandung sampai merawatnya. Ada satu hal yang menarik dari beberapa pembicaraan tersebut, bahwa punya anak kembar itu tidaklah harus diistimewakan dibandingkan dengan anak yang lainnya. Biarkan mereke berkembang secara wajar. Masukan dari bulek yang menurut saya sudah “berpengalaman” mengurus anak kembar hampir 22 tahun (karena saat ini anak tersebut sudah berada di bangku kuliah), sedangkan dari sepupu saya anak tersebut sudah berumur sekitar 3tahun. Kiranya bisa menjadi bahan pertimbangan untk mendidik calon anak kembar saya di masa yang akan datang.


Masa awal kehamilan yang menakjubkan
Seperti biasanya bagi seorang ibu awal -awal masa kehamilan disertai dengan muntah-muntah, begitu juga dengan istri saya. Sebenarnya usia kehamilan dari 1 sampai menginjak 7 bulan tidak ada tanda-tanda mencurigakan dalam kandungannya. Kendatipun di usia kandungan tersebut aktivitas istri saya berjalan normal bahkan bisa dikatakan lebih. Karena waktu itu disamping disamping bekerja ada juga kuliah ekstension dengan waktu yang sangat padat dari hari Senin sampai Sabtu, kampus yang terletak di Rawamangun membuat istri saya yang sedang mengandung terasa semakin berat, kesibukan semakin bertambah disertai usia kandungan yang bertambah pula. Ini bisa saya bayangkan dengan jarak Cibubur - Rawamangun yang tidaklah dekat, sementara alat transportasi terkadang naik angkot, naik sepeda motor kadang juga saya antar naik mobil. Aktivitas tersebut dilalui setiap hari akhirnya sampai rumah sudah capai, suatu ketika ada berita yang membuat saya kaget. Waktu itu saya sedang di kantor ada informasi melalui radio ada kecelakaan di sekitar pintu tol taman Mini. Tak ada firasat apapun dalam diri saya waktu itu, tak lama kemudian saya dihubungi istri, bahwa ternyata peristiwa yang diberitakan di radio tersebut salah satu penumpangnya adalah istri saya. Astagfirullah!. Langsung saja saya meluncur dari kantor menuju RS UKI Cawang, dan alhamdulillah istri saya selamat, hanya menderita memar bagian tangan kirinya sementara baju dan celana panjang banyak terkena darah dari penumpang lain.
Ada yang menarik dari cerita diatas, saat itu istri saya dalam keadaan hamil usia kandung sekitar 5 bulan. Saya bisa membayangkan bagaimana syok istri saya setelah kejadian tersebut. Dan yang aneh lagi dalam kandungan tersebut terdapar 2 janin (2 calon bayi kembar) yang waktu itu tidak diketahui oleh istri dan saya. (Kehamilan dengan 2 janin dalam 1 kantung diketahui setelah usia kandungan 7 bulan melalui USG).Melalui pertolongan-Nya istriku dan calon bayi yang dikandungnya alhamdulillah sehat dan selalu rutin kontrol tiap bulan.
Setelah kandungan menginjak usia 7 bulan dan diketahui ada 2 janin dalam kandungannya. Aktivitas istri saya berubah 180 derajat. Apa jadinya jika kehamilan kembar diketahu saat usia kehamilan masih muda, mungkin saya atau istri akan memutuskan utuk berhenti sementara kuliah. Ada yang berubah drastis dalam diri istri saya saat itu. Dalam kegiatan dan aktivitas istri saya ekstra hati-hati, begitu juga dengan saya. Setiap hari saya mengantar jemput terkadang menunggu seharian disaat sedang kuliah. Ini semata untuk menjaga kondisi istri dan bayi yang dikandung dalam keadaan normal sampai melahirkan.

Selamat datang si kembar
Menginjak usia kehamilan 7 bulan semakin terasa hentakan (mungkin tendangan) dari janin dengan arah berlainan. kadang diatas, disamping kir1 atau kanan yang gerakan tersebut bisa dirasakan oleh tangan kita disekitar perut sang ibu. Bagi saya masa -masa kehamilan saat itulah kita harus ekstra hati-hati.selama menginjak usia kehamilan semakin tua kontraksi gerakan bayi semakin kuat, sementara kontrol tiap bulan seperti biasa tidak ada masalah yang dialami. Ketika kontrol bulanan ke dr. Satria Alam Pohan (dokter spesialis kandungan RS Pasar Rebo) beliau menyarankan sekitar 1 bulan lagi usia kandungan sudah cukup umur. Kemudian saya berkonsultasi berbagai permasalahan tentang bayi kembar dan persiapan apa saja yang diperlukan. Mungkin masukan dari dr. Alam yang menurt saya “biasa-biasa saja” karena sebelumnya informasi tentang bayi kembar terus saya cari dan baca dari internet, saya pun tidak panik atau stres, semua saya hadapi seperti adanya, begitu pula dengan istri saya.
Hari berjalan waktu semakin cepat, disaat usia kelahiran kurang dari 2 minggu dan sesuai jadwal kontrol rutin. Akhirnya saya dengan istri berangkat ke RS Pasar Rebo, seperti biasanya setelah diperiksa dr. Alam memanggil saya, beliau mengatakan bahwa usia kandungan sudah cukup untuk “dilahirkan” dengan menggunakan kelahiran caesar. Saya tidak kaget mendengar istilah kelahiran caesar karena anak saya yang pertama menggunakan teknik kelahiran ini dan kebetulan ditangani oleh dr. Alam juga. Setelah menentukan jadwal operasi caesar kami pun menyiapkan perlengkapan yang akan dibutuhkan.
Menunggu semalam di ruang Teratai 616 RS Pasar Rebo, Senin, 22 Mei 2005 merupakan masa-masa yang menegangkan karena sekitar pukul 10.00 WIB besok paginya operasi Caesar akan dimulai. Saya menunggu dengan cemas sekaligus bahagia karena dalam hitungan menit peristiwa besar akan terjadi bagi istri maupun saya. Sekitar pukul 10.20 WIB handphone saya berdering langsung saya angkat, ternyata telepon dari Bang Guntur (seorang anestesi yang ikut membantu jalannya operasi istri saya yang kebetulan masih saudara).”Rud..selamat ya..cewek lagi nih...”.Puji syukur kepada Allah saat itu juga langsung terucap, samar-samar terdengar tangisan kedua bayi kembar yang selama ini saya nantikan.Beberapa menit kemudian kemudian handphone berdering lagi, akhirnya saya disuruh masuk untuk melihat kedua bayi tersebut, padahal menurut aturan belum diperbolehkan oleh rumah sakit.
Ketika melihat kedua bayi di dalam box seketika itu juga air mata saya menetes, karena ukurannya yang bayi kecil dan masih terlihat jelas sisa darah (saya tidak tahu darah atau bukan) masih menempel di telinga dan sebagian rambut yang masih basah kedua bayi tersebut.Tak lama kemudian istri saya terlihat masih sadar berbaring di tempat tidur dorong, dan ternyata dalam operasi caesar tersebut istri saya masih setengah sadar sampai bayi G1 diangkat masih bias terdengar jelas. Karena begitu operasi selesai istri langsung menanyakan kondisi bayi kepada saya. Dengan lengkingan suara keras saya amati keduanya sambil meneteskan air mata, setelah itu saya lafalkan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri. Akhirnya penantian yang panjang telah usai kecemasan pun telah berakhir, tinggal menunggu tangisan bayi sepanjang pagi hingga malam menghiasi suara di rumah.

Masa menyusui
Melihat kondisi istri dan bayi kembar yang cukup sehat hati saya semakin tenang, walaupun saat itu si kembar sudah berada di dalam box penghangat layaknya seperti bayi normal biasa.Dari sekian banyak bayi yang berada di ruang bayi tersebut hanya si kembar saja yang gampang dibedakan karena mereka berdua dalam satu box. Pada saat dilahirkan berat badan bayi tersebut 1,9 kg dan 2,3 kg betapa kecil bentuk badan si kembar sampai ada saudara mengatakan “Gak papa walupun bayinya segede botol kecap yang penting sehat..” , saya selalu berdoa semoga kondisi kesehatan bayi dan istri selalu sehat.
Kamar no. 616 ruang Teratai hari itu semakin banyak yang datang untuk membezoek sementara kondisi istriku tampak sehat sesekali istri diperbolehkan menengok si kembar di ruang bayi untuk menyusui. Seperti biasanya masa -masa menyusui istri saya sangat rajin dan telaten, tetapi lama kelamaan ASI yang ada jumlahnya tidak banyak, berbagai macam telah diusahakan baik minum pil lancar ASI atau makan sayur-sayuran untuk memperlancar ASI. Akhirnya saya berkonsultasi ke dokter, beliau bilang mungkin istri saya stres, cemas atau trauma, tetapi saya amati istri dalam keadaan senang dengan kelahiran si kembar dan dalam kondisi sehat. Selang dua hari akhirnya si kembar bisa digabung di ruang Teratai 616 yang menurut saya ruangan itu cukup dingin dan belum siap untuk bayi, tetapi setelah saya berkonsultasi, dokterlah yang memberi saran asal suhunya standard selain itu agar ikatan emosional antara bayi dan ibu semakin dekat.
Saya amati pergelangan tangan si kembar distu tertera Gemelli 1 dan Gemelli2
Hampir sebulan istri saya menyusui sengan ASI tetapi bukanya semakin banyak yang keluar melaikan semakin berkurang akhirnya semakin sering menggunakan susu formula. Semenjak itu ASI tidak keluar sama sekali dan si kembar menyusui dengan susu formula, setelah saya amati ternyata semenjak kelahiran anak pertama memang istri saya tidak menggunakan ASI karena memang tidak keluar banyak.

Gaya hidup multi ekstra
Mempunyai anak kembar tentunya lain dalam soal biaya, mengasuh dan membesarkannya dibanding dengan anak biasa. Anak kembar lebih banyak biaya yang kita keluarkan karena bagaimanapun juga kita harus mengeluarkan dua kali lipat. Tetapi menurut saya tidak semua pemenuhan kebutuhan si kembar harus serba ekstra, ada beberapa bagian yang kita perlakukan biasa saja. Satu yang tidak bisa ditunda dan tidak bisa tahan adalah kebutuhan susu, karena berat bayi kembar lebih kecil dibanding bayi biasa maka kebutuhan susu formula harus sesuai dengan kebutuhan bayi. Hal ini yang membuat saya agak kaget, karena susu formula untuk bayi kembar “cukup” mahal dibanding susu biasa.
Mengenai perlengkapan lainnya saya usahakan satu bayi untuk satu tempat (mis. kereta bayi) tetapi ada juga satu tempat untuk mereka berdua (mis. box tidur bayi, bak mandi).Pakaian bayi sejak awak saya sudah sepakat sama istri bahwa seandainya kita membeli baju harus lebih tetapi dengan motif dan warna dibedakan. Sejak awal saya sudah berprinsip bahwa keseragaman membuat kita menjadi monoton tidak ada variasi dan merasa ketergantungan karena mempunyai kesamaan, maka saya usahakan untuk dibedakan sejak awal.

Si kembar yang tidak kembar
Awal - awal kelahiran si kembar selain direpotkan dengan tangisan dan rengekan satiap hari juga direpotkan oleh bentuk dan kondisi fiisik si kembar. Ketika mereka digabung di ruang Teratai 616 (bersama dengan si ibu) yang pertama saya amati adalah membedakan bentuk dan ciri -ciri fisik yang membedakan si kembar, ternyata ada perbedaan -perbedaan yang membuat saya bisa sedikit lebih bisa membedakan salah satunya G1(gemmeli 1) bentuk muka agak bulat, kepala begitu juga agak simetris, sementara bayi G2 bentuk muka agak panjang, sementara bentuk kepala kurang rata dibelakang (peang). Salah satu yang sangat membedakan dari kedua bayi tersebut adalah di bagian lengan kanan G2 terdapat tahi lalat yang apabila tidak memakai baju bisa terlihat. Hampir semua bahkan termasuk istri saya, di hari-hari pertama kelahirannya masih susah membedakan.
Seiring dengan berjalannya waktu dan kondisi wajah bayi yang masih labil bisa berubah bentuk wajahnya lama kelamaan bisa juga kita membedakan si kembar. Ada hal yang sangat menarik ketika mereka pulang dari rumah sakit yaitu bagaimana membedakan sementara bentuk badan mereka , akhirnya saya tandai G1 dan G2 dengan gelang plastik di kakinya. G1 memakai gelang warna merah dan G2 memakai gelang warna putih hampir sebulan lebih mereka berdua memakai gelang tersebut, akhirnya saya ganti yang lebih permanen dengan memakai anting yang saya bedakan G1 memakai anting polos sedangkan G2 memakai anting yang ada bijinya (bulat) bahkan sampai sekarang G1 dan G2 masih memakai anting tersebut.
Sampai saat ini saya dan istri sudah bisa membedakan si kembar langsung tanpa harus melihat antingnya, tetapi ketika saya jarang bertemu, mis. sehabis pulang dari kantor, harus kita amati dahulu baru bisa membedakanannya. Banyak pertanyaan dari temen dan tetangga yang hampir sama, jangan -jangan kedua orangtuanya belum bisa membedakan anaknya, tetapi saya dengan yakin bisa jawab “bisa!” karena saya sudah biasa sementara orang lain jarang bertemu.

Haruskah bernama sama?
Pada prinsipnya anak kembar itu mempunyai jiwa dan sifat yang berbeda keduanya akan berpisah tatkala mereka menginjak dewasa dan berjalan dengan kehidupannya masing -masing. Tetapi banyak orangtua yang selalu memberi nama yang hampir sama ketika mereka mendapatkan istrinya lahir dengan anak kembar, sah-sah saja ini mungkin karena ungkapan rasa kegembiraan kedua orangtua tersebut dan wajar bila akhirnya mereka memberikan nama yang hampir mirip. Menurut saya pribadi pemberian nama anak kembar yang hampir sama tidak saya khawatirkan dan wajar-wajar saja, justru mempunyai nilai lebih dan memberi ciri khas pada anak tersebut. Orangtua pasti menginginkan atau memberi nama kepada anaknya dengan harapan nama tersebut bisa membawa makna, langkah dan harapan yang baik kelak dikemudian hari. Anak saya mempunyai nama yang hampir sama pula G1 dengan nama Nabila Rusyifaa Dewani yang berarti anak yang berharga/jarang ada berhati mulia sedang G2 dengan nama Nadira Rusyifaa Dewati yang berarti anak cerdas yang terselubung kemuliaan.
Sebagian orang berpendapat mempunyai nama yang hampir sama bisa menimbulkan ketergantungan suatu saat, tetapi kalau saya berpendapat lain bahwa ketergantungan anak bukan dari pemberian nama yang hampir sama tetapi bagaimana cara mendidiknya, pola pengasuhan serta kebiasaan orang tua yang selalu menyamakan/keseragaman pada si kembar.Bisa saja kita bikin beda nama anak kembar walaupun kita memberi nama anak kembar tersebut hampir sama. Misal anak G1 kita panggil nama depannya sedang anak G2 kita panggil nama tengah atau nama belakangnya. Dari pangilan sehari-haru\i yang sudah beda ini saya yakin berpengaruh pula terhadap si kembar. “Apalah artinya sebuah nama..” begitu menurut Shakespeare. Dan perlu digarisbawahi bahwa “anak kembar itu beda tetapi disisi lain ada pula kesamaannya”, mereka boleh jadi secara fisik sama tetapi sifat dan tingkah lakunya beda, dan sampai sekarang saya selalu tidak menyamakan si kembar, mulai dari baju sampai tempat tidur yang selalu dipisah secara bergantian..

Repotnya mengurus si kembar
Mempunyai anak satu saja repot apalagi dua anak sekaligus, begitulah kata sebagian orang. Banyak factor yang membikin kita merasa repot tergantung dari anak ke berapa ketika anak kembar tersebut lahir. Sebuah keluarga bisa dikatakan sempurna ketika mereka mempunyai anak dan setiap keluarga tentu mempunyai batasan atau kriteria sendiri tentang berapa jumlah anak yang ideal bagi keluarga mereka. Ada yang mengatakan sebuah keluarga idealnya mempunyai anak dua adapula yang mengatakan tiga. Nah apabila kehadiran anak kembar tersebut mungkin anak yang pertama dan kedua dari sebuah keluarga mungkin tidak begitu repot jika dibanding dengan anak kembar yang kehadiran dalam keluarga itu sebagai anak yang kedua dan ketiga atau ketiga dan seterusnya, saya yakin bagaimana repotnya kedua orangtua tersebut.
Hal inilah yang membikin saya merasa kewalahan ketika mengurus anak kembar, karena perlu diketahui bahwa kehadiran anak kembar dalam keluarga saya adalah anak yang kedua dan ketiga, sedang anak yang pertama masih berusia 5 tahun ( Taman Kanak-kanak). Bisa saya bayangkan bagaimana repotnya mengurus ketiga anak tersebut sementara anak yang pertama masih belum bisa mandiri. Dan anak pertama sangat mempengaruhi kondisi dari perkembangan adiknya (si kembar) termasuk masalah kesehatannya.
Saya sering mengamati kenapa si kembar sering sakit atau gampang sakit ternyata hampir dipastikan penyebab sakit si kembar selalu berasal dari anak yang pertama, kalau anak pertama sudah sakit saya selalu berusaha mengisolasi dia dengan si kembar agar penyakit/virus tersebut tidak menular kepada si kembar. Tetapi sering usaha ini sia-sia, namanya anak kecil akhirnya sampai juga penyakjit tersebut ke si kembar, akhirnya kita direpotkan karena ketiga anak tersebut menjadi sakit semuanya.
a.Strategi memberi makan
Mempunyai anak kembar selain cara mengurusnya yang repot, ternyata mempunyai pola makan yang unik disbanding dengan anak-anak lain.

Tidak ada komentar: