Jumat, 16 Mei 2008

Pinggang pegal nafas mau putus


Hampir seminggu ini kita hanyut dalam gegap gempita sebuah perhelatan olahraga, yang menurut saya ini moment yang tepat disaat-saat lagi memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional. Bulu tangkis. Siapa yang tak kenal dengan olah raga ini, selain sepak bola, Dikenal juga dengan istilah badminton, bangsa kita sudah mengenal olah raga ini mungkin sejak awal kemerdekaan, namun yang jelas ketika pertengahan tahun 50 Indonesia sudah mengikuti bahkan sempat menjadi juara dunia. Masih ingat dengan Ferry Sonevile? Mungkin salah sataunya dari sekian banyak pahlawan bulu tangkis pada jaman itu, dan saya sendiri hamper pasti tidak tahu siapa-siapa pejuang bulutangkis di masa itu.Karena memang rentang waktu yang cuku panjang, setahu saya mungkin seorang Rudy Hartono yang sempat menjadi juara dunia All England 7 kali. Dan masih ada lagi para legenda bulutangkis di era 70-an yang salah satunya Liem Swie King, Cun Cun, Johan Wahyudi, Cristian Hadinata, Ade Chandra dan masih banyak lagi.

Bulu tangkis mungkin sudah lekat di hati saya, karena memang saya diperkenalkan dengan olah raga ini semenjak kelas 2 SD, dimana waktu itu saya dan kakak sempat diajak setiap minggu pagi main bersama beliau. Maklum bapak memang hobby main bulu tangkis bahkan tetangga mengatakan bahwa bapak sempat juara kampung di masa itu. Ya mungkin dimasa tahun 60an, dan adik bapak juga yang menceritakan mengapa nama saya itu Rudy. Karena memang di masa tahun 60 akhir sampai 70 awal Rudy Hartono menjadi idola dikalangan pemain bulu tangkis di tanah air kita pada masa itu. Mungkin inspirasi beliau yang memang suka bulu tangkis maka begitu anak kedua lahir (saya) memakai nama Rudy. Terakhir bapak menepok raket tahun 2005 ketika pas menengok cucu ke Jakarta, waktu itu saya kebetulan lagi main bulu tangkis kemudian beliau kepingin ikut. Niatnya sih sekedar melihat saja, namun melihat saya dengan asyiknya main akhirnya beliau ikut juga. Namun kali ini saya melarangnya untuk bermain dalam arti mencari point, karena usia sudah hamper 70 tahun. Dengan “tepak tepok” bulu tadi, akhirnya beliau senang meskipun sekedar mencari keringat.

Kembali ke laptop!!
Setiap hari selasa saya selalu rutin mengikuti kegiatan olah raga bulu tangkis yang deselenggarakan di kantor, hari kemarin serasa lain dengan hari-hari biasa. Karena memang pada hari-hari biasa peserta juga banyak, paling satu partai juga sudah cukup. Selasa kemarin saya sempat bermain 2 partai, yang kali ini kebetulan lawan seimbang, saya berpasangan dengan Yana (Produksi). Di partai pertama saya bermain total, karena memang bermain 1 kali game saja sudah cukup.Kali ini saya memang tipis30 - 28 (menggunakan hitungan versi lama namun point angka sampai 30) akhirnya Dimas Tommy(HRD) dan Yedi (GA) saya paksa untuk menyerah. Mengingat pemain tidak begitu banyak kali ini saya bermain 2 partai, set pertama sudah berasa betapa berat saya memukul shuttle cock, apalagi untuk mengejar bola. Di partai kedua akhirnya saya juga berhasil mengkandaskan lawan. Kali ini lawan adalah pasangan pertama saya, Yana (Produksi) dan Dimas Tommy (HRD) sementara pasangan saya Pak Zaenal (satpam) kalii ni dengan skor cukup lumayan 30 - 23. Sebuah permainan yang cukup melelahkan. sebenarnya di olah raga ini saya biasa-biasa saja sih, bahkan tidak punya prestasi satupun. Tidak seperti orangtua saya. Tetapi karena saya suka dengan olahraga ini dan mungkin terinspirasi dari semangat tim Thomas dan ber kita, sampai akhirnya terbawa juga emosi dan semangat mengalahkan lawan dalam permaianan/pertandingan pada hariSelasa kemarin. Meskipun itu hanya bermain dengan lawan se kantor.

Tetapi disaat bermain ini tiba-tiba pikiran saya jadi melayang ke arah pertandingan bulu tangkis piala Thomas dan Uber Cup. Dalam hati, seandainya saya ini pemain Thomas Cup mungkin seperti ini barangkali perjuangan para pejuang bulu tangkis kita memperebutkan sebuah juara (merebut piala). Nafas serasa putus, jantung berdegup kencang, maunya pingin menang, nilai/skor pertandingan masih belum juga genap angka 21 sementara punggung juga sudah mulai terasa pegel, apalagi kalau bola pas netting tipis. Serasa deh itu pinggang. Coba bayangkan dengan kindisi fisik ini? Saya jadi benar-benar merasakan apa yang dialami oleh Taufik Hidayat cs dalam merebut piala Thomas dan Uber Cup kali ini, cukup berat! Tetapi dengan semangat dan keinginan toh akhirnya tim bulu tangkis kita bias mencapai ke babak semi final untuk tim Thomas sementara tim Uber Indonesia lebih dari cukup target yang dibebankan. Karena tim Uber hari ini (Sabtu) akan bertanding dengan tim dari Negeri Tirai Bambu. Tentunya sebuah perjuangan yang tidak begitu mudah untuk menaklukkannya, saya yakin dengan tim Uber kita. Susi Susanti selaku Manajer Tim Uber kita saya yakin pasti punya perhitungan lain dalam menghadapi Cina kali ini.

Kita tunggu saja pertandingan malam nanti,apakah kita mampu mengalahkan tim raksasa Cina, ibarat David vs Goliath. Sebuah pertarungan yang tidak seimbang. namun kalau Tuhan berkehendak lain..apa daya. Mungkin tahu karena kita sedang merayakan 100 tahun Kebangkitan Nasional. Saya kira sebuah event yang pas disaat prestasi olahraga bulu tangkis Indonesia mulai menurun. Ok! semoga tim uber kita bias merebut Piala Uber. “Piala yang lepas ayo di uber!”. Sebuah slogan yang tidak mudah untuk untuk meraihnya.

Tidak ada komentar: