Senin, 04 Mei 2009

The Big Idea







Sebenarnya apa sih tujuan dari iklan itu? dan mengapa iklan itu ada?. Pertanyaan ini mungkin sudah terdengar ketika jaman awal-awal kuliah di Diskomvis, namun kadang kita tidak lepas dari berpikir kreatif ketika membuat iklan. Padahal fungsi utama dari iklan adalah mengkomunikasikan produk, barang atau jasa melalui media agar komunikan ada rasa tahu (product knowledge), keinginan/membutuhkan (desire) membeli barang atau produk tersebut selanjutnya loyalitas akan produk itu (brand loyality).
Tetapi masalah akan timbul ketika iklan tersebut tidak menancap di benak sasaran, padahal sangat jelas bahwa iklan komunikatif-lah yang “mungkin” bisa mendongkrak penjualan. Padahal strategi penjualan tidak cukup hanya beriklan saja, masih banyak faktor lainnya, semisal distribusi, harga, kelebihan produk itu dibanding kompetitor (Unique Selling Point).

Era gaya komunikasi iklan sudah berubah, teori-teori tentang bagaimana membuat iklan ketika belajar di kampus Desain Komunikasi Visual dulu sudah berbeda meskipun kadang masih dibutuhkan juga. Unsur pesan iklan yang berupa headline, sub headline, bodycopy, ilustrasi, tagline dan masih banyak lagi sudah jarang kita dapati di beberapa iklan dengan segmentasi A+. Target audience ini apabila kita melihat atau menjumpai iklan kita harus berpikir dahulu sebelum mengerti pesan apa yang akan disampaikan dalam iklan itu. Lain dengan segmentasi C,D dimana masyarakat masih membutuhkan informasi yang komplit, sehingga unsur-unsur iklan seperti yang diajarkan di kampus masih relevan. Biasanya iklan seperti ini untuk produk yang ada di pasaran terutama untuk kalangan menengah bawah.

Kita tidak akan membahas seperti ini, tetapi yang sedang trend sekarang ini , dimana element iklan hanya berupa ilustrasi saja baik berupa foto maupun hand drawing ditambah logo produk. Tipikal iklan seperti inipun kadang masih bisa kita telaah, tetapi kadang juga terasa sulit. Karena yang membedakan ada unsur budaya lokalnya, coba kalo kita lihat situs-situs iklan di dunia maya. Hampir semua iklan seperti ini pesan disampaikan sangat simpel, tetapi yang sering kita temuai adalah iklan yang superlatif..! Superlatif bukan dalam headline atau verbalnya namun superlatif dalam visualnya, iklan seperti ini mungkin masih bisa kita terima message-nya tetapi ilustrasii yang tidak nyambung dengan produk yang diiklankan kadang kita berpikir lebih dalam untuk tahu isi pesan iklan itu.

Coba kita telaah sedikit, seperti print ad produk Diapers yang ada digambar paling atas. Sebuah ide gila yang simpel namun gampang dicerna bahkan lintas bangsa/budaya tahu akan message dari iklan ini. Bagaimana kekuatan diapers/popok bayi untuk menahan pipis biar tidak belepotan. Di iklan ini ujung-ujungnya visual superlatif yang dominan...sangat gila!! Diapers bisa menyerap air laut kebawah, sebuah visual iklan yang bombastis nampun tidak kampungan. (Coba bedakan antara naskah iklan yang bombastis dengan ilustrasi iklan yang bombastis juga). Akan berasa beda jika kita menangkap pesan/menilai iklan itu. Kembali ke print ad Diapers tadi, daya serap diapers yang begitu dahsyat sehingga sanggup penyerap air di samudra ini, jika iklan ini masuk ke Indonesia apakah P3I akan meloloskan iklan ini? Iklan yang berjudul “Huggies Waterfall” ini dibuat di Diamond Ogilvy, Korea Selatan. Kita tidak meragukan lagi portofolio Ogilvy di kancah periklanan termasuk juga Ogilvy Indonesia.

Ada juga iklan yang menggunakan visual yang sangat superlatif, simpel namun mengena!. Coba perhatikan iklan alat bor ini...mampu mengebor urat kayu yang mungkin usianya sudah ratusan tahun dan yang kita bayangkan adalah betapa kerasnya kayu tersebut. Dengan Bosch kayu yang keras tersebut bisa “dimainkan” untuk dipasang sekrup. Dengan headline “Unexpectedly powerfull. The IXO with Lithium-Ion Technology” sudah jelas pesan apa yang terkandung dalam iklan ini. Pendekatan iklan dengan menggunakan gaya USP plus visual yang pas disukung Art Direction yang ciamik membuat iklan semakin menarik. Dibuat oleh Agency Jung Von Matt, Hamburg Jerman, dengan Creative Director Andreas Ottensmeier dan Art Director Roman Mitteror dahsyat memang ide orang bule!!

Satu lagi kita bandingkan iklan produk perment karet Big Babol, brand ini dulu pernah saya tangani ketika sempat mampir di tempat saya bekerja di agency. Namun ketika tahun terakhir ini memang agak lain. Dengan key visual “Big” menjadi konsep dasar dalam mengkomunikasikan produk ini. Sebenarnya basic idea ini lebih mudah dieksekusi apabila ketika pas saya berinteraksi dalam pembuatan iklan ini. Asal permen karet berbentuk besar, message dalam ikan ini bisa diterima. Namun apakah gampang kita menggali ide dengan what to say-nya sebuah permen karet yang bisa mengembang besar. Sangatlah sulit untuk mengeksploitasi ide ini. Sebelumnya Big Babol sudah mengeluarkan iklan banyak versi dam masih berkutat di “giant big babol” sampai sekarang pun mungkin masih menggunakan pola ini. Iklan buatan DraftFCB Indonesia ini lumayan ciamik...stand out sekaligus pas dengan karakter produk. Dengan Creative Director Dicky Erlangga, the ad man yang sudah malang melintang di dunia periklanan. Memang sudah jadi orang iklan...disuruh mengkhayal saja dibayar....!

Tidak ada komentar: