Selasa, 12 Februari 2008

Kanibal di Jalanan


Dengar namanya aja serem, kanibal seakan sebuah cerita di televisi-televisi yang biasanya ditayangkan dalam documantary programe. Istilah kanibal mungkin bisa juga dikatakan semacam binatang karnivora, pemakan daging. Ihh...seremm!. Kanibal disini saya maksudkan bukan arti di atas tetapi sebuah perumpamaan betapa jahatnya/betapa teganya, ketika kita sedang mengendarai kendaraan di jalan di Jakarta. Saling serobot sana serobot sini, belok tanpa sign, berhenti lampu merah di depan zebra cross semua ini contoh betapa kanibalnya pemakai jalan terhadap orang lain. Termasuk juga para pejalan kaki yang hak mereka dirampas untuk sebuah kenyamanan berjalan.

Sadis memang..tapi begitulah kenyataan. Dengan menjamurnya sepeda motor serta merta tidak diimbangi pola dan tingkah laku tertib lalu lintas pengguna jalan. Termasuk juga pemakai mobil pribadi, angkot, dan para bikers. Yang bikers mungkin berpikir "Siapa mau macet di jalan kalo masih bisa selip kanan selip kiri..lebi cepat nyampe".Begitu juga pengguna mobil pribadi "Kalo naik angkot nggak aman dan nyaman, mengapa tidak pake mobil sendiri aja...", lain lagi bagi sopir angkot "Yang penting setoran nutup, kalo pingin jalanan lancar pulang kampung aja, ini Jakarta boss.!". Sepertinya setiap pengguna kendaraan sudah terdoktrin di hati mereka masing-masing tentang apa alasan mereka memakai alat transportasi itu. Kalo sudah begini, sepertinya tidak mungkin sebuah itikad baik untuk berkendara yang tertib dan lancar sekaligus manusiawi (maksudnya tidak saling memepet atau berebutan antar pengguna jalan).

Saya pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana ketidakdisiplinan pengguna jalan yang berujung berantem antar pengguna jalan. Waktu itu saya pulang ngantor pingin jalan alternatif, akhirnya saya lewat jalan Pondok Gede. Seperti hari biasa juga di depan pasar Pondok Gede, angkot merah ngetem seenaknya. Saya melihat sebenarnya yang ngetem itu angkot di depan (paling depan) tetapi sampai mamanjang. Klakson mobil berbunyi silih berganti, sementara kendaraan diam tak bergerak negitu juga sepeda motor. Benar-benar stag dan sangat berisik ,yang tak kalah kesalnya debu dan bunyi knalpot meraung-raung seakan mendandakan ketidaksabaran pemakai jalan untuk segera jalan.

Tiba-tiba...gdubraaaaakkk!! Ternyata mobil pribadi minibus dengan sundulan (kaya pemain bola aja) menabrak angkot di depannya. Sementara pedal gas masih mereka tekan, sampai mobil itu menabrak juga mobil angkot di depannya (ditabrak secara beruntun). Benar-benar ringsek bagian belakang mobil angkot yang ditabrak tersebut, dua sopir yang kena tabrak itu langsung turun dan ke belakang menghampiri mobil yang menabrak, anehnya kedua sopir angkot tadi tidak berdaya ketika sosok berpostur tinggi dengan rambut cepak keluar dari mobilnya yang menabrak tadi. Sepertinya seorang militer/petugas yang menabrak mobil angkot itu. Dan tidak beberapa lama, angkot yang ngetem paling depan segera berjalan setelah kejadian tersebut.

Melihat kejadian diatas, saya jadi berpikir..memang harus bersikap berani dan tegas untuk menghadapi sesuatu. Saya jadi merasa iba melihat sopir angkot dengan mobil yang ringsek gara-gara ngetem untuk mendapatkan penumpang. Sebuah perjuangan yang tidak sebanding dengan kenyataan, pahit memang..tetapi itulah kenyataan. Apabila kita tidak berbuat disiplin yang akhirnya merugikan orang lain. Terus saya berpikir..mengapa yang menabrak tadi tidak bersabar, toh pada jam pulang kerja di daerah Pondk Gede sering macet, atau karena dia seorang petugas, sehingga bisa leluasa berbuat seenaknya. Sebenarnya secara pribadi saya kasihan sama sopir angkot tadi, setoran berapa sampai mobil ringsek begitu. Tetapi salahnya mereka berhenti sembarangan yang menyebabkan kemacetan. Duh ibukotaku bisa tidak kamu berbenah untuk mengatasi masalah kemacetan, saya pikir Fauzai Bowo-pun tidak cukup untuk mengatasi masalah kemacetan/kesemrawutan transportasi di Jakarta, tanpa di imbangi kesadaran pemakai jalan.

Kalo kanibal di jalan, jangan deh..mending tertib di jalan..berguna sesama orang. Dan jangan lupa bersabar dan ikuti tata tertib, karena ketika kita di jalan banyak orang yang negharapkan kita selamat sampai tujuan. Mungkin anak istri yang selalu menunggu di rumah atau temen yang ingin bertemu dengan kita. Tertib di jalan selamat di rumah.

Tidak ada komentar: