Jumat, 15 Februari 2008

Kanibal di Jalanan 2

Seandainya cangkul saya di sini sudah tidak mempan lagi untuk menggali mendingan pulang kampung aja deh..Kata di atas mungkin akan tepat untuk waktu 15 sampai 25 tahun kedepan, karena mengingat faktor kondisi. Baik usia maupun dinamika kota Jakarta, yang semakin hari semakin pengap,macet di mana-mana,kriminalitas tinggi dan tidak ada kepedulian sesama orang, bisa jadi ada tapi hanya segelintir orang. Yang saya maksud di sini ketidakpedulian terhadap budaya berlalu lintas yang tertib.

Semua orang tahu bahwa traffic light dengan 3 warna mempunyai arti masing-masing, tetapi lihat saja budaya para pengguna jalan. Sepertinya tidak sabar untuk jalan, buktinya ketika lampu hijau menyala berarti kendaraan boleh jalan, namun sering kita mendengar bunyi klakson mobil/motor saling bersahutan. Ataukah mereka tidak tahu kalo kendaran yang di depan itu juga sedang berjalan, namun pas lampu hijau menyala, sekali lagi ketika mau jalan didepan tidak memungkinkan karena masih ada saja kendaraanyang melintas. Berarti ini kan dari seberang jalan, pengguna jalan menerobos lampu merah dan berakibat macet ke semua arah jalan. Sungguh tidak tertib.Orang boleh bilang pengguna kendaraan/mobil pribadi lebih tertib dari pengguna motor/bikers. Kalo saya boleh bilang keduanya tidak tertib.
Kendaraan pribadi/mobil lewat di tol saja masih memakai marka/bahu jalan padahal kita tahu bahu jalan dipakai apabila dalam kondisi darurat. Apakah ini tertib? Sangat berbahaya menurut saya. Lucunya jalan tol di jakarta, ruas kiri lebih cepat lajunya di bandingkan ruas kanan. Padahal seharusnya sebaliknya. Jalur kanan untuk kendran melintas lebih cepat. Sungguh aneh memang kesadaran pengemudi kita....

Nyodok kiri/kanan untuk sebuah kesempatan jalan sudah lumrah bagi pengendara motor (termasuk mobil), karena dengan menyodok tersebut ruas jalan bisa ketutup untuk pengguna jalan lain, sementara kita bisa maju ke dapan dengan lancar. Bukankah ini dikatakan juga kanibal sesama pemakai jalan? Masih mending. Saya pernah mengalami 2 kali kejadian yang tidak mengenakkan.
1. Suatu hari selepas pulang kerja (saya membawa mobil ) padahal kalo saya amati jalanan tidak begitu macet, ketika di depan saya ada bikers memotong jalan, saya kaget..dengan reflek saya pencet itu klakson. Apa reaksi bikers tadi? Tanpa basa basi mereka marah-marah sambil membuka helm menuding-nuding ke arah saya. Gila..ini dihutan atau jalan raya nih..! Pikirku dalam hati. sebenarnya fungsi klakson itu untuk apa sih? Menurutku banyak sekali mungkin bisa untuk mengingatkan, untuk minggir, untuk memanggil dan masih banyak lagi tergantung konteks penggunaan. Menanggapi kejadian tadi saya hanya bersabar, mungkin mereka telah capek seharian kerja dan melihat kondisi jalanan seperti ini..jadi mungkin tingkat emosi nya lebih tinggi. Ini menurut saya.

2. Pernah juga suatu ketika saya bersama nyonyah dan anak-anak habis pulang jalan seharian. Kalo tidak salah pas hari minggu. Saya berangkat agak siang dan pulangnya tengah malam, sekitar 23.30 WIB. Ketika saya keluar dari tol Cibubur untuk menuju ke rumah, dihadapkan dengan kejadian yang tidak masuk di akal. Tetapi intinya saya disuruh berhenti dan keluar dari mobil. Jadi pas keluar tol saya dipepet dua pemuda berboncengan Honda Tiger, waktu itu dalam kondisi gerimis ,jalanan sepi dan gelap. Tidak tahu apa salahnya saya dipaksa untuk turun, sementara motor mereka diparkir didepan mobil saya. Terpaksa saya berhenti, mereka sembari menggendor-gedor pintu mobil saya dari arah samping kira dan kanan. Melihat kejadian ini saya pinginnya meladeni, kaca mobil saya buka sambil berkata "..salah saya apa mas?..". Mereka tetap menendang dan memukul kap mobil, saya semakin emosi tetapi nyonyah langsung memegang tangan kiri saya sambil berkata "jangan diladeni mas, mereka berdua sementara kamu lelaki sendiri, apa tidak kasihan sama si Kembar dan Nasywa kalo ada apa-apa..". Saya langsung nengok ke bangku belakang, terlihat sikecil sedang tidur, akhirnya saya jadi berpikir dua kali untuk keluar dari mobil. Pintu kaca mobil saya tutup lagi sambil berpikir, salah saya apa? Toh saya tidak merasa menyenggol/menabrak motor Tiger..Sementara di luar kedua orang tadi masih memukul-mukul kap mobil satunya di samping kanan mobil, saya diam di dalam. Tak selang beberapa lama ada sepeda motor lewat berlawanan arah, kaca mobil saya dibuka saya minta bantuan untuk berhenti. Alhamdulillah pengendara motor berhenti, dan saya pun berani keluar mobil dengan kondisi mesin mati, sementara kunci saya pegang. Kemudian saya menghampiri kedua orang tadi, anehnya mereka berubah, kali ini nada bicaranya agak turun. Tak beberapa lama ada mobil lewat, saya suruh untuk berhenti juga. Maksud saya kalo jalanan macet pasti saya disuruh untuk jalan terus. Tidak sampai 10 menit kendaraan/orang sudah banyak disekeliling kejadian tersebut. Semakin banyak orang akhirnya kedua orang tadi langsung cabut tancap gas meninggalkan saya.

Hikmah dari kejadian diatas, coba kalo saya menuruti emosi pasti saya keluar meladeni orang tadi. Bisa jadi temen satu lagi dengan leluasa masuk ke mobil saya langsung di bawa. Toh mereka tahu yang didalam mobil cuma perempuan semua (nyonyah dan ketiga anak saya yang masih kecil). Ibarat, tinggal masuk tol lagi sudah selesai riwayat itu mobil mau dibawa kemana termasuk nyonyah dan ketiga anakku. Tetapi alhamdulillah, Allah masih melindungi saya dan keluarga. Meskipun mobil dalam keadaan penyok (karena pukulan dan tendangan) namun jiwa tetap selamat. Ini yang paling utama..
Saya tidak tahu apakah kejadian di atas, ada upaya untuk merampok mobil saya dengan modus operandi demikian? ..atau memang kanibal di jalanan menimpa saya?

Tidak ada komentar: